Jumat, 05 Maret 2010

Hadiah Terindah

Aku menghela nafas panjang. Menghadirkan bumi dalam duniaku.

Setelah perjalanan panjang ini, kutemukan dirinya di sini. Di surau kecil, diatas bukit di ujung desa. Lengkap dengan tatanan batu kali yang rapi mengarah dari sungai ke depan surau. Juga padasan, penampu air, dengan bau tanahnya yang khas didepan pintu. Atap rumbia yang menaungi sekotak tempat ini menjadikanku harus berhenti sejenak. Mengambil nafas dan menangkupkan jari, bersyukur kepada-Mu : aku telah menemukannya.

Terterpa sinar matahari, sedikit selendangnya mengaruh biru. Memendarkan warna muda. Tangannya bergerak pelan membaca mantra tersuci dalam duniaku. Mata beningnya berkedip merona, bibirnya mengucap berbisik.

Dia bersimpuh menunggu cahaya, dalam surau. Selendang dan baju panjangnya mengingatkanku pada cinta yang pernah kukabulkan pada seseorang, jauh sebelum dia ada.

"Nak, mari kita pulang. TPA-nya sudah selesai, besok lagi kita kembali."

Dan hasil cinta yang pernah kukabulkan pada seseorang itu mengangguk, dan tersenyum. Mendekap kalam.

"Mari Ayah... "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar