Selasa, 02 Maret 2010

SAKTI

Pendekar ampuh ?

Preman paling mematikan ?

atau orang yang paling berkuasa saat ini ?

Boss mafia dengan sekarung peluru di tangannya?

Hannibal ?

Aku tidak pernah takut dengan siapapun. Siapapun dia, hadirkan saja. No compromise, everything I gasak. Sikat ancur!

Pernah ada yang datang. Berwajah garang dengan barisan bekas luka goresan pedang di sepanjang bahu kanan. Bekas pertempuran yang melegenda, kata orang-orang di pasar. Seperti kisah Anoman menghadang Sinta. Heroik ! Hebat, dan sangat mengagumkan. Tapi yang kutahu, dia bukan Anoman. Hanya Rahwana saja. Menggondol isteri tetangganya sendiri. Kabur ke desa sebelah, dan ditemukan bercinta di tengah ladang pak lurah. Maka mengamuklah Anoman, si suami. Dan blar, perang pun dimulai.

Suami mati kena tekanan batin. Rahwana menang dan bebas menggondol lagi. Apa saja digondol. Apa saja! Cewek, sapi, ayam, teve, bahkan jemuran tak berdosa.

Hari ini, akhirnya dia tiba di depanku. Semua orang beringsut menjauh. Ada yang pura-pura dipanggil anaknya. Ada yang terkena demam dadakan. Ada pula yang beringsut pelan-pelan seperti cecak, dan hap, menghilang seperti jin. Jurus menghilang sepertinya sebuah jurus ampuh yang hanya dapat digunakan ketika berhadapan dengan orang ini.

Tapi aku tetap gagah. Menatapnya dengan tatapan mata santai. Tanpa takut, tanpa dag dig dug.

“Ada apa? Seperti biasa?” tanyaku. Ya, seperti biasanya. Berperang, menggondol istri orang ……

“Ya ! Seperti biasa!”, jawaban nanar keluar dari mulutnya. Menghela nafas panjang dan menyingkap lengan bajunya ke atas. Ups! Matanya melihat kanan kiri.
Aku siap. Sangat siap malah.

Kuambil kain yang sudah kupersiapkan sejak kemarin. Ini kain yang ampuh. Kudapat dari nenek moyang dan kemungkanan juga dipakai oleh Aji Saka saat mengulur Dewatacengkar ke lautan sana. Dan menunggu saat yang tepat.

Saat ada kesempatan, kulingkarkan kain itu ke lehernya. Ciat! Eh, dia hanya menggeleng sedikit ke kanan. Secepat kilat kubuat simpul pada ujung kain. Hup! Dia tidak bergerak ! ampuh kain ini terbukti sudah.

Saat dia putar kakinya - aku lihat itu karena mataku sangat awas – secepat kilat kuambil senjata lain di belakangku. Senjata khusus yang dipersiapkan oleh manusia sakti di negeri seberang sana. Terlihat mengkilat, menyala tajam dengan kekuatan dahsyat.

Dia hanya mengerling kearahku.

Hah, ampuh juga senjata ini. Baru dipegang sudah memancarkan aura mengerikan. Takut dia!

Pelan-pelan kudekati bahu penuh goresan pedang itu. Dengan cepat, hup, kupegang kepalanya saat ada kesempatan. Dan senjataku mulai beraksi.

Crak, crak! Crak!

Ha ha ha, akulah si tukang cukur.

Dan aku menang. Kepala goresan pedang menjadi gundul mengkilap.

Bagus-bagus… dia acungkan jempolnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar