Selasa, 02 Maret 2010

Ternyata...

Lima Ribu!

Tini, Tina atau siapapun namanya dia, malam ini tidak beringsut. Menengokpun tidak. Tanganku sampai pegal mengibaskan lembaran limaribuan di depan matanya. Tangannya kokoh memegang tanah.

“Limapuluh ribu, Sayang! Serius nih. Jangan sampai kutarik kembali uangnya.”
Tetap saja dia tak berkedip. Menengokpun tidak.

Kuelus tangannya. “ Ayolah , hanya malam ini saja. Numpang saja. Gesek-gesek itu, iya, yang itu.” Ah brengsek. Tetap saja dia tidak mempan dirayu.
Aku makin naik darah. Kuacak-acak rambutnya. Kupelintir jari kakinya. Kugigit pundaknya. Hrgh!

Dia hanya menggeser badannya sedikit. Lima mili saja.

Wanita yang aneh. Membuatku penasaran. Kesalahan lelaki adalah uang dan kesalahan wanita adalah lelaki dan kombinasi yang tepat adalah lelaki tanpa uang yang tercengkeram wanita yang menginginkan uang. Klise. Hanya seperti itu saja, dan cinta akan berakhir dalam lima menit.

Lelah. Aku terduduk lesu, selonjorkan kaki di sampingnya. Menarik nafas panjang dan dalam.

Matakupun berkunang-kunang. Rasa panas menjalar di atas kepalaku. Memberiku sensasi tak menentu. Aku lelah …. Sangat lelah. Lemas tak tertahankan lagi. Dan melihat Zeni tersayangku, adalah bagian paling menyakitkan yang kualami malam ini. Aku tergeletak, menyerahkan nasibku pada rerumputan. Mengeluhkan nafas panjang.
Pergi, pergilah sana, Zen. Jangan bermain dengan nasib karena seberapapun engkau berjuang untuk berubah, jalanmu telah ditentukan. Kesempatanmu hanya sekali saja. Namun setidaknya resiko nasib, engkaulah yang menentukan keberadaannya. Disanalah Tuhan berkuasa, dan Tuhan selalu merencanakan hadiah terbaik di setiap hari ulang tahunmu.

Kugerak-gerakan telunjuk jariku di ujung jari kakimu, Zen.
Untunglah aku tidak pernah tahu kapan aku lahir. Dan setiap hari Tuhan memberikan hadiah terbaiknya untukku. Aku lahir setiap hari. Kurasa.

Mataku terasa mengecil dan menutup. Aku mengantuk malam ini, sayang. Dibawah kakimu. Ijinkan aku tidur sebentar saja. Untukmu malam ini. Bersamamu.

--------------------

“ Orang gilanya di sana. Tidur dibawah patung wanita itu! Tangkap dia, jangan biarkan mengotori lingkungan kita. Ayo !”
“Siap, Pak! Man,Sarto, angkat gembel ini ke mobil. Pastikan dia dan yang lainnya tidak lari!”
“Siap pak! Ayo, Sar, angkut lagi!”

------------

Hatiku sakit. Sangat sakit. Sakit.

Sayang, engkau tidak peduli kepadaku. Ternyata.

Aku tertawa. Inilah hidupku.
Hanya wajah garang satpol pepe ini yang ramah saat membenturkan kepalaku di mobil. Uh!

Ah, Tuhan telah memberikan hadiah terbaiknya kepadaku hari ini. Menyadarkanku bahwa surga tidak berada di bawah telapak kakimu, sayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar